BAYAM, BAIK atau BURUK

BAYAM mengandung zat besi = Fe2+ (Ferro)
Kalau terlalu lama kontak dengan O2 (Oksigen), Fe2+ akan teroksidasi menjadi Fe3+ (ferri).
Meski sama-sama zat besi, yang berguna bagi Kita adalah FERRO.
Sedangkan FERRI bersifat TOXID pada BAYAM.
JADI.. Kalau bayam dipanasi, akan terjadi oksidasi tersebut.
Dulu ibu selalu melarang memanasi SAYUR BAYAM.
Beliau sih ngak bisa jelasin secara ilmiah tetapi selalu bilang "SAYUR BAYAM" kalau  habis dimakan, jangan dipanasi lagi !
Jangan pernah mengkonsumsi BAYAM lebih dari 5 jam.
Soalnya, selain mengandung zat yang disebutin tadi itu, BAYAM juga mengandung zat nitrat (NO3).
Kalau teroksidasi dengan udara maka akan menjadi NO2 (Nitrit).
Nitrit adalah senyawa yang tidak berwarna, tidak berbau Dan bersifat racun bagi tubuh manusia.
Menurut John S Wishnok, BAYAM segar yang baru dicabut dari persemaiannya telah mengandung senyawa nitrit kira-kira sebanyak 5 mg/kg.
Bila BAYAM disimpan di lemari es selama 2 minggu, kadar nitrit akan meningkat sampai 300 mg/kg.
Dengan kata lain, dalam 1 Hari penyimpanan, senyawa nitrit akan meningkat 21 mg/kg (7 %).
Efek toksid (meracuni tubuh) yang ditimbulkan oleh Nitrit bermula dari reaksi oksidasi Nitrit dengan zat besi dalam sel darah merah, tepatnya didalam HemoglobinB).
Sekilas info bahwa salah satu tugas hemoglobin adalah mengikat oksigen untuk disalurkan ke seluruh organ tubuh.
Ikatan Nitrit dengan hemoglobin, disebut Methemoglobin, mengakibatkan
Hemoglobin tidak mampu mengikat oksigen.
Jika jumlah methemoglobin mencapai lebih dari 15 % dari total hemoglobin,
Maka akan terjadi keadaan yang disebut Sianosis yaitu suatu keadaan
Dimana seluruh jaringan tubuh manusia kekurangan oksigen.           Semoga bermanfaat.
Read More

April 26, 2011

Mengobati & Mencegah Kanker

Saya baru saja mendapat BBM berisi informasi yang mungkin berguna :)

Dr Stephen memperlakukan pasien sakit kanker dengan cara yang "un-ortodoks" & banyak pasien sembuh. Ia percaya pada penyembuhan alami dalam tubuh terhadap penyakit. Obat untuk kanker sudah ditemukan. Apakah Anda percaya? Saya berdukacita bagi pasien kanker yang meninggal di bawah perawatan konvensional, pasien kanker tidak seharusnya mati.

Makan Buah.. Kita semua berpikir makan buah berarti hanya membeli buah, memotongnya & hanya memasukkannya ke dalam mulut kita. Ini tidak semudah yang Anda pikirkan. Ini penting untuk mengetahui bagaimana & kapan harus makan buah. Seperti apa cara yang tepat makan buah? MAKSUDNYA TIDAK MAKAN BUAH-BUAHAN SETELAH ANDA MAKAN! BUAH HARUS DIMAKAN PADA SAAT PERUT KOSONG. BUAH ADALAH MAKANAN PALING PENTING. Jadi silahkan makan buah-buahan pada waktu perut kosong / sebelum makan! Buah bercampur dengan makanan lain akan membusuk & menghasilkan gas & dengan itu Anda akan kembung!

Menurut Dr Herbert Shelton yang melakukan penelitian tentang hal ini. Jika Anda telah menguasai cara yang benar makan buah-buahan, Anda memiliki umur panjang, kesehatan, energi, kebahagiaan & berat badan normal. Ketika Anda minum jus buah-minumlah jus buah yang fresh, TIDAK dari kaleng. Makan buah utuh lebih baik daripada minum jus. Tapi jika Anda hanya bisa minum jus, minumlah seteguk demi seteguk secara perlahan, karena Anda harus membiarkannya bercampur dengan air liur Anda sebelum menelannya.

MINUM AIR DINGIN SETELAH MAKAN = KANKER!! Bagi mereka yang suka minum air dingin, artikel ini berlaku untuk Anda. Memang enak minum minuman dingin setelah makan. Namun, air dingin akan membuat hal-hal yg berminyak yang baru saja dikonsumsi menjadi solid (beku). Hal ini akan memperlambat pencernaan. Ketika 'lumpur' tersebu bereaksi dengan asam, maka akan diserap & berbaris di dalam usus sangat cepat & akan berubah menjadi lemak & menyebabkan kanker. Cara terbaik adalah minum air hangat setelah makan.

Take Good Care of Your Life!
Read more

April 16, 2011

How well do you see the big picture?

An Egyptian librarian once heard that the sun could be seen shining at the bottom of a well in the town of Syene on the longest day of the year. He surmised that to make a reflection in a well, the sun had to be directly overhead on that day. And a sun directly overhead would cast no shadows from upright columns or posts. Yet on the longest day of the year in the city of Alexandria, where he lived, he observed that straight columns did cast shadows.
He decided to travel the 800 kilometers to Syene himself to verify that what he had heard was true. At midday on the longest day of the year, he looked into the well and saw the sun reflected. And sure enough, the posts in Syene cast no shadows. He reflected on that. After a while, he began to see a bigger picture of what these seemingly unconnected facts meant. Surprisingly, it went against what nearly everyone believed at the time. You see, the librarian’s name was Eratosthenes, and he lived more than 2,200 years ago.
As the director of the greatest library in the world (the library of Alexandria in Egypt was said to possess hundreds of thousands of scrolls), Eratosthenes was at the intellectual capital of the world for his time. In the third century B.C., nearly every scholar in Alexandria and around the world believed that the earth was flat. But Eratosthenes reasoned that if the sun’s light came down straight and the earth was flat, then there would be no shadows in both Alexandria and Syene. If there were shadows in one location but not the other, then there could be only one logical explanation. The surface of the earth must be curved. In other words, the world must be a sphere.
That’s a pretty impressive mental leap, although it seems perfectly logical to us today. After all, we’ve seen pictures of our planet from space. But Eratosthenes made that big-picture connection by using everyday facts and putting them together. What’s even more impressive is that he took it a step further. He actually calculated the size of the earth! Using basic trigonometry, he measured the angle of the shadows and calculated that it was approximately 7.12 degrees. That’s about 1/50th of a circle. And he reasoned that if the distance between Syene (modern-day Aswan) and Alexandria was 800 kilometers, then the earth must be around 40,000 kilometers in circumference (50 x 800 kilometers). He wasn’t far off; the actual circumference of the earth through the poles is 40,008 kilometers. Not bad for a guy who had nothing but his brain and a big-picture mindset to figure the whole thing out!
In the actions of Eratosthenes, you can see the truth of a statement made many centuries later by German statesman Konrad Adenauer: “We all live under the same sky, but we don’t all have the same horizon.” If you desire to seize new opportunities and open new horizons, then you need to add big-picture thinking to your abilities. People do not become successful without that ability. To become a good thinker better able to see the big picture, keep in mind the following:
1. Don’t Strive for Certainty
Big-picture thinkers are comfortable with ambiguity. They don’t try to force every observation or piece of data into pre-formulated mental cubbyholes. They think broadly and can juggle many seemingly contradictory thoughts in their minds. If you want to cultivate the ability to think big picture, then you must get used to embracing and dealing with complex and diverse ideas.
2. Learn from Every Experience
Big-picture thinkers broaden their outlook by striving to learn from every experience. They don’t rest on their successes, they learn from them. More importantly, they learn from their failures. They can do that because they remain teachable.
Varied experiences—both positive and negative—help you see the big picture. The greater the variety of experience and success, the more potential to learn you have. If you desire to be a big-picture thinker, then get out there and try a lot of things, take a lot of chances, and take time to learn after every victory or defeat.
3. Gain Insight from a Variety of People
Big-picture thinkers learn from their experiences. But they also learn from experiences they don’t have. That is, they learn by receiving insight from others—from customers, employees, colleagues, and leaders.
If you desire to broaden your thinking and see more of the big picture, then seek out mentors and counselors to help you. But be wise in whom you ask for advice. Gaining insight from a variety of people doesn’t mean stopping anyone and everyone in hallways and grocery store lines and asking what they think about a given subject. Be selective. Talk to people who know and care about you, who know their field, and who bring experience deeper and broader than your own.
4. Give Yourself Permission to Expand Your World
If you want to be a big-picture thinker, you will have to go against the flow of the world. Society wants to keep people in boxes. Most people are married mentally to the status quo. They want what was, not what can be. They seek safety and simple answers. To think big-picture, you need to give yourself permission to go a different way, to break new ground, to find new worlds to conquer. And when your world does get bigger, you need to celebrate. Never forget there is more out there in the world than what you’ve experienced.


Read more

March 31, 2011

There's Nothing


Read more

March 24, 2011

The Joy of Not Knowing

Some people believe that great leaders have all the answers. Not true. Successful leaders don’t know everything. But they know people who do. If you ask me a question related to one of my organizations and I don’t know the answer, I know which person in the organization does. If you ask about my profession, I may not know the answer, but with a phone call or two, I can talk to someone who can answer the question. And if you ask about the details of my life and schedule and I don’t know the answer, I guarantee you there’s someone who does – my assistant.
For leaders, it’s okay not to know everything.
The most important decision I ever made to keep me focused and to simplify my life was to hire a top-notch assistant. For twenty-seven of the last thirty years of my life, I have been served by two wonderful assistants: Linda Eggers, and, before her, Barbara Brumagin. Their value to me has been enormous.
My assistant is the primary hub of information for my life. Everything flows to and through her. I trust Linda Eggers to know everything so that I don’t have to. More importantly, she has learned to sift information and grasp the most important details. When we communicate, Linda gives me the main thing, which enables me to see what to do next, helps me to know why it is important, and empowers me to bring the appropriate resources to bear on the need at hand.
Because Linda is the center of information for my life, she knows the good, the bad, and the ugly. That works because I trust her completely. And when she tells me bad news, I am careful not to “shoot the messenger.” Taking out your frustrations on the people who bring you bad news quickly stops the flow of communication.
For leaders, it’s okay not to be the first to know.
Most people have a strong natural desire to be “in the know.” That’s why gossip magazines and tabloid newspapers sell so well. Leaders also have a strong desire to be “in the know” when it comes to their organizations. No leader likes to be blindsided. However, good leaders can’t afford to be caught up in every little detail of the organization. If they do, they lose their perspective and their ability to lead.
In any organization, problems should always be solved at the lowest level possible. If every problem must be shared with leaders first, then solutions take forever. Besides, the people on the front lines are usually the ones who provide the best solutions, whether it’s on the production line, the battle line, or the breadline.
Taking myself out of the middle of everything lessens my personal importance to many people in my organizations, but it allows me to do that which is personally important to me. It also means that assignments are not always done “my way.” But I have discovered that most things can be accomplished effectively in many ways.
What about you? Are you determined to know everything that goes on in your organization or department? Do you get a thrill from being the first to know? Do you live by the motto, “If you want something done right, do it yourself”? If so, you are complicating your life and risking burnout. This only limits you as a leader. Begin relying on other people and cultivating trust in them. Only then can you be free to focus on the most important things.
Read more

March 1, 2011

Ada Apa Dengan Masturbasi?



Kata "masturbasi" diambil dari kata dalam bahasa Yunani yaitu 'mezea', yang berarti "penis-penis." Dapat juga diambil dari kata dalam bahasa Latin 'manus' (tangan) dan 'turbare' (mengganggu/to disturb). Berdasarkan Kamus Microsoft Encarta, masturbasi adalah "memberikan diri sendiri atau orang lain kepuasan seksual dengan meraba-raba alat kelamin, biasanya sampai mengalami orgasme." Kamus Merriam-Webster's Collegiate menyatakan bahwa "stimulasi dapat dilakukan dengan cara manual (oleh diri sendiri), dengan kontak fisik dengan orang lain (tidak sampai kepada hubungan seksual), dengan menggunakan alat, atau dengan kombinasi beberapa metode-metode ini."

Ditemukan arkeologi berumur kurang lebih 6000 SM tentang sejarah manusia yang sedang melakukan masturbasi. Di Pulau Sumer, yang lebih dikenal sebagai "Awal Sejarah Kebudayaan Manusia," penduduk Sumer jaman dahulu kala percaya bahwa masturbasi adalah suatu tehnik yang digunakan untuk menambah kemampuan seksual seorang pria. Hal ini dianggap sebagai bagian dari kehidupan normal sehari-hari dan tidak dianggap tabu. Penduduk Mesir jaman dahulu kala menganggap masturbasi sebagai hal yang supranatural dimana para penduduk Yunani jaman dahulu kala tidak terlalu peduli dengan hal tersebut.

Dalam jaman yang berbeda, masturbasi dianggap ilegal di beberapa tampat. Peraturan koloni Puritan di New Haven pada abad ke-17, memutuskan masturbasi adalah sebuah kejahatan yang pantas dijatuhi hukuman mati. Seorang filosofi pada abad ke-18, Immanuel Kent, memandang masturbasi sebagai pelanggaran hukum moral. Sampai hari ini, Gereja Katolik Roma masih secara resmi menghakimi masturbasi sebagai dosa yang kekal.

Peneliti Amerika bernama Alfred Kinsey (1894-1956) bersama beberapa rekannya memperkirakan bahwa pada pertengahan abad ke-20, setidaknya 92% dari seluruh laki-laki dan 70-80% dari seluruh wanita telah melakukan masturbasi. Penelitian di Eropa menunjukkan perbandingan yang mendukung penelitian Kinsey. Kinsey juga mendapati 40% laki-laki dan 30% wanita yang sudah berada dalam sebuah hubungan (pernikahan atau pacaran) melakukan masturbasi secara rutin. Dalam bukunya di tahun 2005, The Sexual Man, Dr. Archibald Hart mengungkapkan bahwa 61% laki-laki Kristen yang telah menikah melakukan masturbasi.

Dalam artikel The Sun pada tanggal 10 Desember 2008 melaporkan “Gossard Big M Survey” yang telah dilakukan setahun sebelumnya menemukan bahwa 92% wanita berumur 18-30 tahun di Inggris melakukan masturbasi. Dua per tiga wanita mengaku melakukan masturbasi tiga kali seminggu, dan wanita di London melakukannya empat kali dalam seminggu. Penelitian pada tahun 2004 di Toronto, Kanada, menemukan bahwa laki-laki mulai melakukan masturbasi pada usia sepuluh tahun sedangkan beberapa wanita (6%) mulai melakukannya pada usia 6 tahun.

Beberapa keuntungan yang diakui dapat diperoleh dari masturbasi: (1) Sebagai cara yang baik untuk melepaskan tekanan seksual, terutama bagi orang-orang yang tidak memiliki pasangan, atau yang pasangannya tidak mau berhubungan seks. (2) Merupakan sebuah alternatif seksual yang aman bagi mereka yang menghindari kehamilan dan penyakit kelamin. (3) Diperlukan bagi laki-laki yang ingin memberikan contoh semen untuk dites sebelum memberikan donor sperma. (4) Sebagai resep standar dari seks terapis untuk merawat disfungsi seksual pada orang dewasa, menolong seseorang untuk memiliki pengalaman orgasme (seringkali pada wanita) atau untuk menunda orgasme (seringkali pada laki-laki).

Pertanyaan yang cukup besar disini adalah: bolehkan seorang Kristen melakukan masturbasi? Apakah hal tersebut benar atau salah secara moral? Mereka yang tidak setuju dengan masturbasi mengklaim bahwa masturbasi tidak terjadi secara alami, dan akan mendapat penghakiman Tuhan. Yang lain mengklaim masturbasi sebagai perbuatan yang tidak bertanggung jawab yang mencapai kepuasan seksual tanpa "beban" komitmen. Tokoh rohani seperti C.S. Lewis dan John Calvin menentang masturbasi.

Bagaimana dengan mereka yang tidak menentang hal ini? Mark Driscoll, pastor yang berkotbah di Gereja Mars Hill yang berjemaat 7.500 orang di Seattle, Washington, dalam salah satu video pengajarannya berkata: "Apakah diperbolehkan dalam pernikahan seseorang melakukan masturbasi terhadap pasangannya? Ya, selama itu dilakukan dalam kesatuan hubungan … Tetapi jikalau Anda merupakan seseorang yang melakukan masturbasi dengan tidak kecanduan, tidak bernafsu, tidak menggunakan pornografi dan Anda masih belum memiliki pasangan, hal tersebut bukanlah dosa."

Secara mengejutkan, penginjil yang konservatif dan pendiri Focus On The Family, Dr. James Dobson, dilaporkan telah mengatakan, "99% anak-anak laki-laki dan 1% sisanya berbohong. Jika kita mengatakan kepada mereka bahwa sesuatu itu salah dan tidak berkenan kepada Tuhan, apa yang akan terjadi kepada mereka yang tidak dapat berhenti melakukannya? Mereka tumbuh dewasa dengan berpikir Tuhan membenci mereka atau mereka adalah seorang yang malang, memalukan, ciptaan kotor yang tidak layak. Maka dari itu, biarkan mereka melakukannya." Dalam bukunya, Mempersiapkan Masa Puber, Dr. Dobson berkata, "Menurut pendapat saya masturbasi tidak lebih dari sebuah masalah dengan Tuhan."

Apakah yang Alkitab katakan?

Satu-satunya ayat dalam alkitab yang membahas tentang masturbasi adalah dalam Kejadian 38:9. Menuliskan bagaimana Tuhan menghakimi Onan karena menumpahkan semennya (sperma) ke tanah. Banyak para pemimpin gereja mula-mula, seperti Jerome dan Clement dari Alexandra, menggunakan kisah ini sebagai contoh mengapa masturbasi tidak boleh dilakukan. Tetapi apabila kita meneliti lebih dalam lagi, permasalahan yang terjadi dalam ayat ini tidak memiliki hubungan sama sekali denegan masturbasi. Pada jaman dimana laki-laki adalah pemimpin, apabila seorang laki-laki meninggal tanpa memiliki anak, kebudayaannya adalah saudaranya laki-laki harus mengambil istrinya, dan anak yang akan dilahirkan pada pernikahan kedua ini dianggap sebagai anak dari suami yang pertama, dan akan mewarisi hartanya dan melanjutkan garis keturunannya. Onan seharusnya menumbuhkan benih bagi saudaranya yang meninggal tersebut. Tetapi bukannya melakukan kewajibannya, dia malahan memanfaatkan Tamar, saudara iparnya, untuk mencapai kepuasan seksual pribadinya saja. Tuhan lalu menghakimi Onan karena ia menolak untuk memberikan keturunan bagi saudaranya.

Alkitab juga berbicara mengenai "mimpi basah" atau ejakulasi spontan, ejakulasi pada kaum laki-laki pada saat tidur ( Imamat 15:16-17; 22:4; Ulangan 23:9-11). Setiap hal ini dibahas dalam Alkitab, dikarenakan alasan kesehatan dan kebersihan dalam Perjanjian Lama daripada dianggap sebagai dosa.

Apakah pendapat pribadi saya mengenai masturbasi? Secara teologi, Alkitab lebih banyak diam berkaitan dengan masalah ini meskipun masturbasi dilakukan juga pada jaman Alkitab ditulis. Tidak ada satupun dalam ayat-ayat diatas yang dengan tegas menyebutkan masturbasi adalah dosa. Sejauh yang saya perhatikan, masih belum ada keputusan mengenai masturbasi. Bagi saya, tindakan merangsang diri sendiri menjadi mengkhawatirkan hanya bila hal tersebut menyeret kepada ketiga masalah berikut:

1. Pornografi. Pornografi telah lama ditentang dan dilarang karena menyebabkan imoralitas pada kaum muda dan orang dewasa, yang dapat memimpin kepada kejahatan seksual. Pornografi sangat erat kaitannya dengan masturbasi untuk merangsang imajinasi seperti halnya merangsang alat kelamin. Dalam survey Kinsey Institute, 72% respondennya mengaku menggunakan pornografi untuk menunjang masturbasi.

Dalam buku Porn Trap yang memenangkan penghargaan, seks terapis, Wendy dan Larry Maltz menjabarkan akibat buruk pornografi bagi seseorang:

"Sebuah hubungan dengan pornografi menyerupai perselingkuhan. Membutuhkan waktu dan kekuatan ekstra untuk lepas dari hubungan yang intim tersebut. Orang-orang yang menggunakan pornografi seringkali menggunakan cara yang sama dengan perselingkuhan seksual yaitu dengan sembunyi-sembunyi dan tipu muslihat. Ketika seseorang tertangkap basah melihat pornografi oleh temannya, yang terjadi seringkali adalah penyangkalan, kebohongan, dan usaha-usaha untuk menutupi kesalahan tersebut. Tanpa disadari, menjalin hubungan dengan pornografi dapat menjadi lebih penting daripada menjalin hubungan dengan orang lain dalam kehidupan nyata. Jika Anda mengkonsumsi pornografi secara teratur, gambaran-gambaran dan adegan-adegan dalam pornografi akan terus terlintas dalam pikiran Anda selama melakukan hubungan seks, yang membuat Anda kesulitan untuk benar-benar terhubung dan intim dengan orang yang sesungguhnya dalam dunia nyata.

2. Kecanduan Masturbasi. Seseorang yang sangat kecanduan untuk melakukan masturbasi dapat memuaskan dirinya berkali-kali dalam sehari. Rekor dunia mencatat angka 36 kali dalam sekali 24 jam! Dilain pihak, masturbasi yang berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan saraf dalam tubuh dan mengakibatkan keletihan yang berkepanjangan, kehilangan konsentrasi dan daya ingat. Ketagihan masturbasi dapat juga menyebabkan bentuk lain dari ketagihan seksual seperti:
    • Melakukan seks dengan beberapa orang sekaligus
    • Mengkonsumsi pornografi secara rutin
    • Seks melalui telepon atau komputer (cybersex)
    • Pelacuran atau menyewa pelacur
    • Eksibisionis
    • Voyeurnism (menonton orang lain telanjang atau berhubungan seks) dan/atau menguntit
    • Kekerasan seksual
    • Tindakan agresif
    • Pemerkosaan
Untuk menguji apakah Anda memiliki masalah dengan kecanduan masturbasi atau kecanduan sex lainnya, cobalah mengikuti Tes Self-Assessment dari Seex Addicts Anonymous dalam link ini www.sexaa.org/IsSAAForYou/SelfAssessment.

3. Memperlakukan Pasangan Dengan Tidak Adil. Pada saat salah satu pasangan dalam sebuah pernikahan melakukan masturbasi, terutama apabila hal tersebut dilakukan sembunyi-sembunyi, pasangannya tidak lagi menjadi satu-satunya sumber kepuasan seksualnya. Ketika salah satu dari pasangan tersebut memuaskan nafsunya dengan masturbasi, menyebabkan pasangannya tidak terpenuhi kebutuhan seksualnya, hal ini dapat menyebabkan perasaan pahit dan kehilangan rasa saling menghormati dari waktu ke waktu. Kepuasan seksual melibatkan perasaan pasangan Anda. Apabila pasangan Anda merasa keberatan Anda melakukan masturbasi, terlebih lagi bila dilakukan diluar hubungan seks, Anda dan pasangan Anda harus melakukan sebuah diskusi yang radikal bersama-sama. Buatlah keputusan dimana kedua belah pihak merasa nyaman dan bahagia.

Kesimpulannya, sama seperti hal-hal lain yang tidak secara gamblang diperbolehkan atau dilarang dalam Alkitab, seseorang hanya dapat melakukannya apabila ada damai sejahtera dalam hatinya (Kolose 3:15).



Read more
 

Fruitfull © 2011